Perjalanan ke Peru dalam sebuah refleksi singkat

Kusut!

 Satu kata yang dirasa cukup menadahi semua rasa-rasa penat dan bingung di hari-hari sebelum Spring Break dimulai. Kala itu saya benar-benar ragu untuk pergi ke Peru sebagai bagian dari immersion trip sekolah yang dimana awalnya saya sangat antusias untuk pergi karena saya yakin “pasti lo bisa belajar banyak sas dari sana”. Gatau kenapa semua keraguan itu muncul mungkin karena beberapa hal prior to that trip yang buat saya ga semangat aja gitu. Mungkin beberapa alasan ini jadi ukurannya:

1. Urusan OPT belum selesai. Iya, visa kerja yang dikhususkan untuk international student ini cukup ngebuat saya kalang kabut. Semua dokumen udah sangat rapi dan siap saya susun dalam amplop untuk dikirim ke U.S. Citizenship and Immigration Services (USCIS), namun semua buyar karena file i94 saya (bagian dari dokumen yang harus saya submit) tidak keluar di government website yang saya akses. Dan website itu satu-satunya tempat untuk bisa dapetin file nya. Udah minta ke sekolah untuk bantuin tapi mereka juga gabisa berbuat banyak karena itu urusannya dengan department yang bersangkutan.

2. Tugas dan kerjaan sekolah lagi banyak-banyaknya. Saya mikir kayaknya spring break ini bisa saya gunakan buat leyeh-leyeh bentar sebelom sibuk lagi instead of ngikutin semua jadwal immersion trip yang pastinya padet.

Intinya hari keberangkatan tiba, dan hari itu juga saya berangkat dengan perasaan yang kusut. Salah satunya dikarenakan midterm yang saya ambil sebelom berangkat, bisa dikatakan cukup gagal karena saya panik selama ngerjain *takut kekurangan waktu*. Pokoknya saya yakin ini pasti jelek, sementara persenan midterm itu gede banget bobotnya untuk nilai keseluruhan di akhir nanti. Dengan perasaan yang kacau dan segala ke-bodo-amat-an, saya makin yakin bahwa untuk berangkat adalah hal terbaik, escape from this mess. Long story short, perjalanan ke Peru kemarin sungguh menjadi berkat buat saya pribadi. Baru kali ini saya benar-benar memaknai arti Spring itu sendiri yang literally menjadi masa awal bertumbuh dan restart lagi bagi saya. 

Beberapa hal yang saya pelajari:

1. Saya belajar untuk menjadi orang yang lebih present. Darikemarin saya terjebak di kesibukan sekolah, mencari kerja, dan ini itu yang buat lupa sama banyaknya hal di luar cubicle kita yang minta dinikmati sejenak. Segala ambisi-ambisi pribadi yang kadang bikin frustasi mengalihkan perhatian kita akan apa yang sebenernya perlu dihargai. Orang-orang di Peru yang saya temui sangat friendly, kekeluargaan, dan yang paling terlihat adalah bagaimana dengan segala keterbatasan mereka mampu hidup di hari itu dengan bahagia yang mereka ciptakan sendiri. Bahwa hidup kadang bukan soal ambisi semata, tapi bagaimana kita bisa berhikmat untuk berhenti sejenak, merefleksikan, dan tidak mengkhawatirkan apa yang akan terjadi hari esok. Dan itu yang lagi saya butuhkan! Jadi berkaca lagi akan apa yang sebenarnya saya inginkan, saya butuhkan, dan mau seperti apa saya melihat hidup setelah lulus.

2. Bersyukur, bersyukur, bersyukur. Diingatkan terus untuk mensyukuri setiap hal yang diberikan buat saya. Segala privilege yang saya punya sekarang ini bukan begitu saja diberikan, tapi diminta untuk bisa menggunakannya buat kesejahteraan orang lain. Salah jika kita berpikir privilege itu harus dibuang saja supaya kita bisa merasakan rasanya jadi mereka yang tidak mempunya privilege itu.

3. I94 saya keluar!! Anugerah. Kadang emang kita gatau gimana cara Tuhan bekerja, dia punya waktunya sendiri. Mungkin Dia mau saya menikmati immersion trip kemarin dengan mempercayakan semua urusan saya sama Dia, dan bener.. Dia memberikan semuanya di waktu yang tepat.  Intinya setelah immersion trip kemarin, saya diajarkan untuk makin sabar, percaya kalau setiap orang punya waktunya masing-masing, tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri, melakukan segala sesuatu ga pake complain dan dengan sungguh-sungguh. Motivasi nya harus benar. Mulai dari situ, semua yang terbaik pasti akan diberikan buat kita walau prosesnya kadang bumpy banget. Masih membentang perjalanan saya kedepan, masalah nanti dapet kerja atau gak, saya harus yakin sama yang sudah mengatur diatas. Benar, effort harus selalu diupayakan, yakin, dan percaya sangat dibutuhkan, tapi saat kenyataan tidak sesuai ekspektasi, saat itu kita harus belajar melepaskan dan menerima yang sudah disediakan untuk terus melaju dalam proses kita. 

Oh iya, satu bonus lagi, darikemarin saya pengen banget nurunin berat badan, eh pulang-pulang abis saya nimbang…..ternyata turun sekilo. LOL.

*Foto-foto lengkapnya akan saya publish dalam waktu dekat* 🙂

DSCF7670b.jpg

Standard

One thought on “Perjalanan ke Peru dalam sebuah refleksi singkat

  1. David says:

    “Bahwa hidup kadang bukan soal ambisi semata, tapi bagaimana kita bisa berhikmat untuk berhenti sejenak, merefleksikan, dan tidak mengkhawatirkan apa yang akan terjadi hari esok” i will note it.. thanks for the reminder words

    Like

Leave a comment