Jangan simpan rapat-rapat merapi yang tak bisa berpendapat

8R2A1596a

Tak sejumput pun aku berani menggubah ucapannya, dengan lantang ia pernah berkata,

“jangan simpan rapat-rapat merapi yang tak bisa berpendapat.”

lalu diam saja aku, sembari mencoba mencerna pembicaraan singkat yang kami adakan di beranda rumah malam itu. Setelahnya, rumah sepi, ia pergi.

Berikutnya tak lazim terjadi, semalam keringatku mengucur diatas kasur, ada bisikan kencang menggetarkan daun telingaku. Gerah. Sekarang tak kuasa lagi aku menyimpan pesan yang harganya tak seberapa diwariskan, kuakui ia memang benar mengerti apa yang ia ucapkan. Tapi mengapa harus iya haturkan pada si bungsu yang sering lesu ini? Baiknya, sekiranya aku salah menafsirkan, aku mohon, hembuskan lagi suara itu dimalam-malamku..

Merapi – Ada kalanya biarkan ia meluapkan magma cair yang tercatatkan dingin, ada kalanya biarkan ia mengalir hingga seluruh isyarat alam berkumandang, penghuni desa harus mengungsi, ternak tak terbawa, terkhianati. Biarkan laharnya menuding yang tak pernah tertuding, hingga lelehan-lelehan perutnya membeku, dingin dan kaku. Membangunkan yang tak pernah waspada dikala malam senyap maupun siang terik berkabut asap. Menggusur keberadaan nyaman penghuni serakah hingga ke pundi-pundi padinya, ke lahan-lahan garapannya. Senyap tinggal sudah, dingin gelap rebah. Mengusik iba diantara tanaman layu yang kian menyubur tersiram abunya. Bungkam rapat-rapat kebanggaan, namun jangan sekali-kali bungkam nurani yang hanya butuh didengar pelan. 

 

Standard